Monday, January 14, 2013

INILAH JAKARTA : ANAK 9 TAHUN HARUS MEMULUNG DEMI HIDUPNYA ESOK HARI


Jalan Kebon Jeruk Raya, Palmerah, Jakarta Barat, dekat kampus Bina Nusantara University.
Kamis, 26 April 2012, Sekitar Jam 9 malam.
Langkahku terhenti setelah menyeberang jalan dan kuilihat ada tulisan “Nasi Goreng Gila”. Aku langsung menuju tempat itu untuk memesan Nasi Goreng. Setelah melihat harga-harganya, “Bang, Nasi goreng ayam ya, Dibungkus”, kataku sambil tersenyum. “Saya tinggal bentar ya Bang” kataku lagi ingin menuju ke ATM BRI di pertigaan jalan dekat tempat ‘Nasi Goreng Gila’ itu.
Aku berjalan sambil memperhatikan sekeliling dan kulihat ada anak kecil sedang duduk di samping gerobak, dengan muka yang sangat lusuh. Tanpa pikir panjang aku teruskan untuk berjalan menuju ATM BRI Batu Sari yang kutuju. Kumasukkan Kartu ATM ku ke dalam mesin ATM lalu aku mengecek sisa uangku, ternyata masih lumayan, kalau tidak salah sekitar 794.000 rupiah. Lalu aku putuskan untuk mengambil 100.000 saja. Segera setelah itu aku kembali ke tempat penjual nasi goreng itu.
“Nasi Goreng ayam ya mas ?” kata Abang penjual. “Iya bang”, Kataku spontan. Sambil menunggu nasi goreng pesananku, aku melihat kanan dan kiri jalan raya. Tak  kusangka, Aku hanya bisa terdiam melihat Anak kecil yang tadi kulihat sedang menarik gerobak bertuliskan “Hermawan (mungkin itu namanya)”. Aku tak henti memandanginya, melihatnya memulung botol air mineral bekas dan caranya yang nampak kesulitan ketika menarik gerobak yang sangat besar (umur anak itu sekitar 9 tahun) membuatku iba. Beberapa saat kemudian dia lewat didepanku dan aku hanya terdiam. Aku coba untuk melihat nasi goreng pesananku yang ternyata sudah selesai. Aku berikan uang pecahan 50.000 yang baru saja kuambil dari dompetku. “Makasih bang”, Kataku setelah menerima uang kembalian 40.000, lalu segera aku percepat langkah demi langkah untuk mengejar akan kecil itu. “Woy, Minggirin tu grobak lu” kata tukang parkir. Lalu segera anak kecil itu menghentikan memulung botol air mineral bekasnya dan berjalan dengan menarik gerobaknya. Dia menghentikan gerobaknya di depan gerbang parkiran ruko yang ternyata ada mobil yang akan keluar. Saat itu aku segera mempercepat langkahku, “Ini dek” kataku sambil menyerahkan sebagian uang kembalian dari tempat nasi goreng tadi. “Makasih” katanya. Aku langsung berlalu tanpang berkata apapun sambil menahan tangis.
Sepanjang jalan aku terus menahan tangis memikirkan anak kecil itu. Diusianya yang masih sebaya dengan adikku, ia harus sudah merasakan sulitnya kehidupan. Yang seharusnya dia belajar dan bermain harus ia gantikan dengan berjalan di malam hari memuguti sampah botol mineral, yang seharusnya pada jam segitu telah tidur terlelap tetapi ia harus mengenyusuri jalanan demi hidupnya esok hari. Kataku dalam hati “Apa salah anak itu ya Allah ?”, “Mengapa di negeri yang mayoritas Islam ini ada seorang(atau mungkin banyak) anak yang harus berjuang sepertinya ?”, pikiranku tak dapat beralih dari anak kecil itu. Berharap semua ini hanya mimpi belaka.Sungguh aku tak dapat membayangkan jika aku menjadi anak itu. Harus setiap hari mencari botol air mineral hanya untuk makan. Entah ini salah siapa.
Sempat terfikir untuk menyalahkan Anggota Dewan yang katanya sering menghaburkan uang rakyat dengan Perjalanan Studi Bandingnya keluar negeri berbondong bondong dengan keluarganya(terakhir saya lihat di youtube.com, Komisi 1 DPR RI menghabiskan 3 Milyar untuk Study banding ke Jerman. Yang ternyata ketika di Jerman mereka mendapat penolakan dari Perhimpunan Pelajar Indonesia(PPI) Berlin dan Nahdatul Ulama), atau Presiden yang akhir-akhir ini sering membicarakan masalah APBN(apa untungya jika rakyat masih banyak yang sengsara), atau pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang sedang beramai ramai kampanye menyambut pemilu kada Kota Jakarta dan masih banyak yang laiinnya. Tapi apa gunanya itu semua jika masih banyak anak kecil yang seperti mereka ?? Bukankah lebih mulia dan mementingkan rakyat jika uang Study banding ke luar negeri, Dana Kampanye, dan  itu disumbangkan untuk membangun “Rumah Terbuka” ?? (sebutanku untuk semacam rumah yang menanpung dan mendidik anak-anak jalanan seperti mereka untuk bisa menjadi lebih mandiri dan mampu berwirausaha ketika sudah mencapai usia layak kerja)
Mungkin ini semua salahku yang hanya bisa mengkritisi pilihan yang telah dia ambil para wakil rakyat dan tidak mampu merubahnya. atau Mungkin sistem di Negaraku ini sudah penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. Mengatas namakan untuk rakyat tapi untuk dirinya sendiri, mengatas namakan demi rakyak tapi untuk partainnya, Mengatas namakan kesejahteraan rakyat tapi menyengsarakan rakyat(BLT).
Semoga kita cepat terbangun dari tidur yang panjang ini, semoga kita bisa saling bahu-membahu membantu sesama tanpa harus menuggu janji-janji para wakil rakyat yang entah kapan bisa terealisasi. Semoga saya saya masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan anak kecil itu lagi agar bisa membantunya dengan apa yang saya miliki. Dan saya harap anda juga membantu siapapun yang ada diluar sana yang memiliki nasib sepertinya. Semoga anak itu selalu diberi kekuatan dan selalu dalam lindungan-Nya. Aamiiin
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian [1417].” Q.S. Adz Dzaariyaat : 51 
[1417]. Orang miskin yang tidak mendapat bagian maksudnya ialah orang miskin yang tidak meminta-minta.
*Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memprovokasi atau mempengaruhi siapapun, ini hanyalah coretan harian seorang yang sedang mencari apa tujuan hidup yang sebenarnya*

No comments:

Post a Comment