Jalan Kebon Jeruk Raya, Palmerah, Jakarta Barat, dekat
kampus Bina Nusantara University.
Kamis, 26 April 2012, Sekitar Jam 9 malam.
Kamis, 26 April 2012, Sekitar Jam 9 malam.
Langkahku terhenti setelah
menyeberang jalan dan kuilihat ada tulisan “Nasi Goreng Gila”. Aku langsung
menuju tempat itu untuk memesan Nasi Goreng. Setelah melihat harga-harganya,
“Bang, Nasi goreng ayam ya, Dibungkus”, kataku sambil tersenyum. “Saya tinggal
bentar ya Bang” kataku lagi ingin menuju ke ATM BRI di pertigaan jalan dekat
tempat ‘Nasi Goreng Gila’ itu.
Aku berjalan sambil memperhatikan
sekeliling dan kulihat ada anak kecil sedang duduk di samping gerobak, dengan
muka yang sangat lusuh. Tanpa pikir panjang aku teruskan untuk berjalan menuju
ATM BRI Batu Sari yang kutuju. Kumasukkan Kartu ATM ku ke dalam mesin ATM lalu
aku mengecek sisa uangku, ternyata masih lumayan, kalau tidak salah sekitar
794.000 rupiah. Lalu aku putuskan untuk mengambil 100.000 saja. Segera setelah
itu aku kembali ke tempat penjual nasi goreng itu.
“Nasi Goreng ayam ya mas ?” kata
Abang penjual. “Iya bang”, Kataku spontan. Sambil menunggu nasi goreng
pesananku, aku melihat kanan dan kiri jalan raya. Tak kusangka, Aku hanya bisa terdiam melihat Anak kecil
yang tadi kulihat sedang menarik gerobak bertuliskan “Hermawan (mungkin itu namanya)”.
Aku tak henti memandanginya, melihatnya memulung botol air mineral bekas dan
caranya yang nampak kesulitan ketika menarik gerobak yang sangat besar (umur
anak itu sekitar 9 tahun) membuatku iba. Beberapa saat kemudian dia lewat
didepanku dan aku hanya terdiam. Aku coba untuk melihat nasi goreng pesananku
yang ternyata sudah selesai. Aku berikan uang pecahan 50.000 yang baru saja
kuambil dari dompetku. “Makasih bang”, Kataku setelah menerima uang kembalian
40.000, lalu segera aku percepat langkah demi langkah untuk mengejar akan kecil
itu. “Woy, Minggirin tu grobak lu” kata tukang parkir. Lalu segera anak kecil
itu menghentikan memulung botol air mineral bekasnya dan berjalan dengan
menarik gerobaknya. Dia menghentikan gerobaknya di depan gerbang parkiran ruko
yang ternyata ada mobil yang akan keluar. Saat itu aku segera mempercepat langkahku,
“Ini dek” kataku sambil menyerahkan sebagian uang kembalian dari tempat nasi
goreng tadi. “Makasih” katanya. Aku langsung berlalu tanpang berkata apapun
sambil menahan tangis.
Sepanjang jalan aku terus menahan
tangis memikirkan anak kecil itu. Diusianya yang masih sebaya dengan adikku, ia
harus sudah merasakan sulitnya kehidupan. Yang seharusnya dia belajar dan
bermain harus ia gantikan dengan berjalan di malam hari memuguti sampah botol
mineral, yang seharusnya pada jam segitu telah tidur terlelap tetapi ia harus mengenyusuri
jalanan demi hidupnya esok hari. Kataku dalam hati “Apa salah anak itu ya Allah
?”, “Mengapa di negeri yang mayoritas Islam ini ada seorang(atau mungkin
banyak) anak yang harus berjuang sepertinya ?”, pikiranku tak dapat beralih
dari anak kecil itu. Berharap semua ini hanya mimpi belaka.Sungguh aku tak
dapat membayangkan jika aku menjadi anak itu. Harus setiap hari mencari botol
air mineral hanya untuk makan. Entah ini salah siapa.
Sempat terfikir untuk menyalahkan
Anggota Dewan yang katanya sering menghaburkan uang rakyat dengan Perjalanan
Studi Bandingnya keluar negeri berbondong bondong dengan keluarganya(terakhir
saya lihat di youtube.com, Komisi 1 DPR RI menghabiskan 3 Milyar untuk Study
banding ke Jerman. Yang ternyata ketika di Jerman mereka mendapat penolakan
dari Perhimpunan Pelajar Indonesia(PPI) Berlin dan Nahdatul Ulama), atau Presiden
yang akhir-akhir ini sering membicarakan masalah APBN(apa untungya jika rakyat
masih banyak yang sengsara), atau pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang sedang
beramai ramai kampanye menyambut pemilu kada Kota Jakarta dan masih banyak yang
laiinnya. Tapi apa gunanya itu semua jika masih banyak anak kecil yang seperti
mereka ?? Bukankah lebih mulia dan mementingkan rakyat jika uang Study banding
ke luar negeri, Dana Kampanye, dan itu
disumbangkan untuk membangun “Rumah Terbuka” ?? (sebutanku untuk semacam rumah
yang menanpung dan mendidik anak-anak jalanan seperti mereka untuk bisa menjadi
lebih mandiri dan mampu berwirausaha ketika sudah mencapai usia layak kerja)
Mungkin ini semua salahku yang
hanya bisa mengkritisi pilihan yang telah dia ambil para wakil rakyat dan tidak
mampu merubahnya. atau Mungkin sistem di Negaraku ini sudah penuh dengan
kebohongan dan kepalsuan. Mengatas namakan untuk rakyat tapi untuk dirinya
sendiri, mengatas namakan demi rakyak tapi untuk partainnya, Mengatas namakan
kesejahteraan rakyat tapi menyengsarakan rakyat(BLT).
Semoga kita cepat terbangun dari
tidur yang panjang ini, semoga kita bisa saling bahu-membahu membantu sesama
tanpa harus menuggu janji-janji para wakil rakyat yang entah kapan bisa
terealisasi. Semoga saya saya masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan
anak kecil itu lagi agar bisa membantunya dengan apa yang saya miliki. Dan saya
harap anda juga membantu siapapun yang ada diluar sana yang memiliki nasib
sepertinya. Semoga anak itu selalu diberi kekuatan dan selalu dalam
lindungan-Nya. Aamiiin
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk
orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian
[1417].” Q.S. Adz Dzaariyaat : 51
[1417]. Orang miskin yang tidak mendapat bagian maksudnya ialah orang miskin yang tidak meminta-minta.
[1417]. Orang miskin yang tidak mendapat bagian maksudnya ialah orang miskin yang tidak meminta-minta.
*Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memprovokasi atau
mempengaruhi siapapun, ini hanyalah coretan harian seorang yang sedang mencari
apa tujuan hidup yang sebenarnya*
No comments:
Post a Comment